Pengetahuan Dasar Fotografi

Fotografi yang disadur dari kata photography berasal dari dua kata, phōtos atau phōs yang berarti cahaya dan graphé yang berarti menggambar. Secara lengkap, fotografi berarti menggambar dengan cahaya atau melukis dengan cahaya. Cahaya berasal dari beberapa sumber, diantaranya matahari, bulan, lilin, lampu, flash, dan sebagainya. Cahaya membantu kita untuk dapat melihat. Citra benda yang masuk ke mata kita merupakan hasil dari pantulan cahaya ke benda. Fotografi memiliki prinsip yang sama dengan mata kita, hanya alat yang digunakan untuk menangkap cahayanya adalah kamera. Kamera didesign mirip dengan organ mata. Walaupun demikian, kamera tidak bisa menyamai fungsi mata. Mata kita adalah organ yang paling hebat dalam menangkap dan menginterpretasikan pantulan cahaya. Mata kita bisa melakukan penyesuaian secara auto ketika melihat benda jauh-dekat, melihat dalam keadaan gelap-terang, dan sebagainya. Kamera tentunya bisa juga melakukan hal demikian, tapi tidak sesensitif mata.

Ada tiga hal utama yang perlu diperhatikan dalam fotografi, semuanya berhubungan dengan cahaya. Ketiga hal tersebut adalah shutter speed, aperture, dan ISO.

Shutter Speed
Coba ingat-ingat bagaimana ketika Kamu memperhatikan kendaraan yang lalu lalang di jalan. Kita bisa memandangi kendaraan yang lewat dengan laju yang tenang. Apalagi kalau yang mengendarai cewek cantik. Pasti mata kita akan dengan mudah menangkap momen tersebut bahkan sampai detil. Bandingkan dengan apabila kita melihat sebuah mobil balap melintas di depan kita dengan kecepatan lebih dari 100 km/jam. Pasti akan sulit melihat dengan jelas ketika mobil balap tersebut melaju. Contoh ini bisa dijadikan analogi untuk shutter speed pada kamera. Shutter speed adalah kecepatan shutter/rana dalam menangkap cahaya atau secara sederhana bisa diartikan juga sebagai lamanya shutter terbuka ketika menangkap cahaya. Untuk benda yang bergerak, aturlah shutter dengan kecepatan tinggi misalnya lebih dari 1/125 detik. Kalau untuk benda diam seperti patung, model, atau pemandangan cukup menggunakan kecepatan rana kurang dari 1/60 detik. Kecepatan rana (shutter speed) ini mempengaruhi penangkapan cahaya oleh kamera. Jika diset cepat maka cahaya yang ditangkap akan minim, tapi tidak masalah kalau cahaya dari luar cukup kuat seperti cahaya matahari di siang hari. Shutter speed juga berguna untuk menimbulkan efek gerak pada teknik panning seperti pada gambar di bawah ini.

Aperture / Bukaan Lensa
Coba simpen telunjuk kalian tidak jauh dari mata kalian dan fokuskan pandangan kalian ke telunjuk tersebut. Perhatikan bahwa pemandangan di depan Kamu akan terasa blur (gak jelas) tapi telunjuk Kamu akan terlihat jelas. Bandingkan dengan ketika kamu melihat pemandangan yang luas dengan memicingkan mata. Seluruh pemandangan akan terasa begitu jelas. Aperture berfungsi sama dengan contoh barusan, yaitu mengatur seberapa luas objek yang akan ditampilkan pada foto. Jika objek yang ditampilkan cukup sempit, aturlah apperture sebesar mungkin. Sebaliknya jika ingin menampilkan objek yang luas, atur apperture sekecil mungkin. Angka pada kamera digital biasanya berbanding terbalik dengan bukaan lensa. Jika bukaan lensa besar maka besar apperture yang ditunjukkan bernilai kecil, misalnya f/1.8. Kalau bukaan lensanya sempit, nilai apperturenya besar seperti f/14. Untuk foto close up (orang) biasanya digunakan bukaan lensa yang besar agar objek orang tersebut terlihat jelas dan backgroundnya tampak blur. Bukaan lensa yang sempit cocok digunakan dalam menangkap pemandangan agar pemandangan yang terlihat jelas cukup luas. Apperture ini juga mempengaruhi cahaya yang masuk melalui lensa. Semakin besar bukaan lensa, semakin mudah cahaya masuk dan sebaliknya.

ISO
Secara definisi ISO adalah ukuran tingkat sensifitas sensor kamera terhadap cahaya. Semakin tinggi setting ISO kita maka semakin sensitif sensor terhada cahaya. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang setting ISO di kamera kita (ASA dalam kasus fotografi film), coba bayangkan mengenai sebuah komunitas lebah. Sebuah ISO adalah sebuah lebah pekerja. Jika kamera saya set di ISO 100, artinya saya memiliki 100 lebah pekerja. Dan jika kamera saya set di ISO 200 artinya saya memiliki 200 lebah pekerja. Tugas setiap lebah pekerja adalah memungut cahaya yang masuk melalui lensa kamera dan membuat gambar. Jika kita menggunakan lensa identik dan aperture sama-sama kita set di f/3.5 namun saya mengeset ISO saya di 200 sementara anda 100 (bayangkan lagi tentang lebah pekerja), maka gambar punya siapakah yang akan lebih cepat selesai? Secara garis besar, saat kita menambah setting ISO dari 100 ke 200 ( dalam aperture yang selalu konstan - kita kunci aperture di f/3.5 atau melalui mode Aperture Priority - A atau Av) , kita mempersingkat waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan sebuah foto di sensor kamera kita sampai separuhnya (2kali lebih cepat), dari shutter speed 1/125 ke 1/250 detik. Saat kita menambah lagi ISO ke 400, kita memangkas waktu pembuatan foto sampai separuhnya lagi:1/500 detik. Setiap kali mempersingkat waktu esksposur sebanyak separuh , kita namakan menaikkan esksposur sebesar 1stop.

Oleh Opan
Dibuat 12/12/2015
Seorang guru matematika yang hobi menulis tiga bahasa, yaitu bahasa indonesia, matematika, dan php. Dari ketiganya terwujudlah website ini sebagai sarana berbagi pengetahuan yang dimiliki.

Demi menghargai hak kekayaan intelektual, mohon untuk tidak menyalin sebagian atau seluruh halaman web ini dengan cara apa pun untuk ditampilkan di halaman web lain atau diklaim sebagai karya milik Anda. Tindakan tersebut hanya akan merugikan diri Anda sendiri. Jika membutuhkan halaman ini dengan tujuan untuk digunakan sendiri, silakan unduh atau cetak secara langsung.